Pages

Monday 3 February 2014

Plesiran Januari Part 1: Embung Nglanggeran

Prelude
Sudah pernah ke Gunung Api Purba Nglanggeran? Penghuni D.I.Y dan sekitranya yang gemar bertamasya pasti sudah pernah ke sana. Objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran adalah objek wisata alam baru yang mulai terkenal mengikuti jejak kesuksesan Goa Pindul. Objek wisata ini terbagi menjadi dua tempat yaitu puncak pegunungan purba dan embung. Lokasi embung dan puncak tersebut relatif berdekatan, namun untuk mencapai puncak harus berjalan kaki naik dulu. Buat yang belum tahu, embung adalah sebuah kolam yang dibuat dengan cara menggali tanah kemudian memadatkan atau melapisi permukaannya sehingga air yang ada diembung tidak meresap ke tanah. Biasanya embung digunakan sebagai media yang bertujuan untuk pemanfaatan sumberdaya air hujan. 

Penampakan Gunung Api Purba Nglanggeran 

Pada 31 Januari 2014 bertepatan dengan liburan hari imlek, saya berkesempatan mengunjungi objek wisata Nglanggeran. Sayangnya pada kesempatan itu saya dan teman-teman hanya mengunjungi embung tanpa naik sampai ke puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. Masalahnya ada teman saya yang tidak mau naik, haduh sungguh kecewa saya dibuatnya. Katanya sih perlu sekitar 40 menit jalan kaki untuk bisa sampai ke puncak gunung api purba. Ya mau bagaimana lagi, terpaksa naik pegunungan purba saya re-schedule dan kali ini cuma mengunjungi embung. Pokoknya sudah bertekad bulat: Februari ini harus naik! 

Rute Menuju Lokasi
Kalau dari Jogja sih rutenya gampang saja, tinggal menelusuri jalan Wonosari melewati Piyungan, menempuh jalan naik seperti kalau mau ke Wonosari, lalu belok ke kiri pas pertigaan Polsek Patuk atau GCD FM. Kalau bingung pas di jalan Wonosari cari petunjuk jalan yang mengisyaratkan belok kiri ke Desa Ngoro-oro. Setelah belok kiri nanti terus aja menyusuri jalan aspal, ketika landscape udah berupa pemandangan hamparan hijau dan anda dapat melihat banyak tower relay stasiun televisi maka dapat dipastikan anda berada di jalan yang benar. Perjalanan dapat ditempuh kira-kira satu jam dari pusat kota Jogja. Katanya sih kalau mau via kendaraan umum bisa naik bus arah Wonosari, turun di Patuk, trus ngojek ke lokasi objek wisata; tapi saya sendiri belum pernah coba.

Pemandangannya Cihuy!

Retribusi dan Parkir
Sesampainya di tempat tujuan, ada pungutan retribusi biaya masuk dan asuransi sebesar Rp3.000 per orang dan biaya parkir Rp 5.000 untuk mobil sedangkan motor Rp 2.000. Setelah melewati retribusi akan tampak parkiran untuk menuju puncak gunung api purba, namun jika ingin ke embung maka dari parkiran itu terus saja nanti akan ada parkiran tersendiri setelahnya. Lapangan parkir cukup luas untuk menampung banyak mobil dan motor.

Pemandangan Dari Tempat Parkir.

Panorama
Di parkiran embung akan terlihat pemandangan yang menakjubkan, 360 derajat pemandangan hijau, bukit, bebatuan, dan tentu saja Pegunungan Purba Nglanggeran. Untuk sampai ke embung dari parkiran cukup jalan kaki sebentar trus naik tangga, tapi naiknya tidak begitu tinggi kok. Setelah naik kita dapat melihat embung yang berada di tengah dataran tinggi. Memang jika ingin menikmati objek wisata ini secara maksimal, datangnya pas menjelang matahari terbit atau matahari tenggelam. Kalaupun datangnya siang biar tidak kepanasan ya bawa payung atau cari waktu ketika langit mendung menjelang hujan, dijamin adem dan berkabut asyik. Pastinya sih banyak spot bagus buat foto-foto dan pemandangannya top!

Embung Nglanggeran

Di sekitar embung banyak ditanam pohon buah. Rencananya memang di daerah itu akan menjadi kebun buah rakyat. Rencananya? Iya, masih rencana. Pada saat kunjungan saya kebun ini masih belum siap, baru saja ditanam dan belum ada yang bisa dipanen. Jadi kalo mau memetik buahnya ya masih menunggu paling tidak setahun dua tahun lagi, soalnya sedang dalam proses penanaman dan bahkan ada pula yang masih dipersiapkan lahannya. Bakalan lebih asyik pastinya kalau bisa menikmati pemandangan yang luar biasa itu sambil makan buah yang baru saja dipetik. Oh iya, di sebelah embung agak ke atas ada spot buat camping dan out bond loh, bisa panjat-panjatan juga di sana.

Into The Wild

Sekitar jam sebelas kurang lima belas menit, kami meninggalkan objek wisata dengan tujuan mencari masjid untuk sholat Jumat. Ketika masuk mobil sebenarnya masih dibahas apakah nanti setelah sholat Jumat mau naik ke gunung api purba (masih pengen naik!) atau pergi ke tempat lain, dan hasilnya diputuskan sehabis sholat Jumat makan di warung kuliner nasi merah terkenal Pari Gogo kemudian ke Pantai Wedi Ombo. Bagaimana rasanya nasi merah Pari Gogo yang terkenal itu? Tunggu postingan saya berikutnya!



To be continued...



2 comments:

  1. Replies
    1. Iya dong, kalau ada waktu pasti lah.

      “The world is a book and those who do not travel read only one page.” ~ Augustine of Hippo

      Delete